Selasa, 25 Mar 2025
Politik

Soal Ancaman Pemecatan PDI-P Ragu, Budiman Menunggu

EKSPOS – Politikus PDIP Deddy Yevry Sitorus, sekaligus Sekretaris Tim Koordinator Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo melontarkan statemen keras terkait koleganya Budiman Sudjatmiko yang mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Deddy menganggap Budiman secara otomatis bukan lagi kader PDI-P. 

Menurut Deddy, dukungan Budiman kepada Prabowo secara otomatis mengeluarkannya dari partai. Deddy mengaku tak ingin partai diisi kader-kader seperti itu dengan bertindak semau hati.

“Gimana bisa dia berkhianat sama orangtuanya terus minta tetap dapat warisan, kan gak ada ceritanya itu,” kata Deddy, seperti dikutip CNN, Selasa (22/8/2023).

Selain itu, Deddy mengatakan, Budiman seolah-olah ingin menjadi pahlawan dengan tak mau mundur sebagai kader. Menurutnya, keputusan Budiman mendukung capres dari partai lain jelas memiliki konsekuensi fatal.

“Dia sengaja supaya dipecat, supaya kesannya heroik gitu, supaya kayak dizalimi. Kayak dia martir kan. Supaya naik harganya,” kata Deddy.

Deddy memastikan partainya akan mengambil sikap tegas dengan memecat Budiman. Namun, ia tak ingin pihaknya bisa diatur-atur dan bereaksi terlalu keras merespons manuver Budiman.

Sekretaris Tim Koordinator Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo itu mengatakan prosedur pemecatan tak lagi berlaku kepada Budiman. Menurutnya, Budiman secara otomatis kini bukan lagi kader PDIP sebab bukti-bukti dukungannya kepada Prabowo sudah jelas.

“Biarin aja dulu dia berdansa-dansa apa namanya jadi penentu lah kalau di dalam kepalanya, entah penentu apa? Dia aja nyaleg gagal,” ujarnya.

Budiman kini diberikan dua opsi soal deklarasi dukungannya kepada Prabowo pada Jumat (18/8/2023) di Semarang, Jawa Tengah. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Budiman harus memilih, antara mundur atau menerima sanksi pemecatan.

Namun, belum diketahui kapan sanksi tersebut akan dijatuhkan. Ditengarai PDI-P khawatir adanya gelombang dukungan kepada Budiman jika langsung buru-buru memecat pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) penentang keras di masa orde baru.

Teranyar, Budiman mengaku masih menunggu panggilan secara resmi dari partai soal dugaan pelanggaran tersebut. Menurut dia, panggilan itu mestinya harus tetap dilakukan sebagai forum klarifikasi soal keputusannya mendukung Prabowo.

“Untuk mundur saya? Enggak ya, bagi saya kalau mundur itu seperti malah saya tidak mendapatkan penjelasan, tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang menjadi argumen saya,” ucap Budiman saat dihubungi, Senin (21/8/2023). (*)

 



Baca Juga