EKSPOSNUSA – Pernyataan mantan Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, sekaligus Ketua DPC PDIP Lampung Barat dikecam seluruh Pemuda Muhammadiyah Seprovinsi Lampung, lantaran video viralnya yang dianggap mendiskreditkan Ormas Islam Muhammadiyah, saat menghadiri acara Ormas Islam NU, belum lama ini.
Kecaman dan protes keras bergulir tak hanya dari kalangan pemuda Muhammadiyah, namun dari sejumlah lapisan kalangan Muhammadiyah di Lampung.
Alih-alih Parosil dituding tidak memiliki jiwa Pancasilais dan dianggap menista bingkai kebhinekaan bangsa ini. Sebab, pernyataan politisi PDIP yang juga adik kandung Mukhlis Basri itu dinilai mengandung agitasi sektarian dan eksklusifisme. Sehingga Bhinneka Tunggal Ika sebagai falsafah negara dan bangsa menjadi ternoda.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Provinsi Lampung, Heri Agustiawan, bahwa pernyataan Parosil Mabsus sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang Pancasilais yang Berbhineka Tunggal Ika.
“Ucapan semacam ini sangat-sangat tidak mencerminkan sosok seorang pemimpin, apalagi yang bersangkutan itu adalah mantan Bupati Lampung Barat,” ungkap Heri, kepada wartawan, Kamis (10/8/2023) siang.
Menurut Heri, selama ini warga NU-Muhammadiyah hidup rukun dan guyub, khususnya di Lampung Barat. Sehingga pernyataan Parosil dianggap mengadu domba dan memecah belah masyarakat.
“Atas nama pribadi dan Pemuda Muhammadiyah Lampung, sekali lagi saya sangat menyayangkan dan menyesalkan ungkapan adu domba yang disampaikan Parosil Mabsus. Dan kami sangat tersinggung atas pernyataan beliau yang menodai kebersamaan Muhammadiyah dan NU selama ini,” tegasnya.
Bahkan, menurut Heri, Parosil dianggap tidak paham sejarah tentang siapa para bapak bangsa seperti mendiang Ir. Soekarno, Jenderal Besar Soedirman, yang diketahui dari sejarah bangsa mengaku sebagai kader tulen Muhammadiyah.
Heri juga membuka sejarah tentang orang tua kandung mendiang Ibu Fatmawati di Bengkulu. Ayah Ibu Fatmawati bernama Hasan Din dan ibunya bernama Siti Jubaidah. Keduanya telah menjabat sebagai konsul Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah sejak Fatmawati menginjak usia remaja.
Selain itu, Ayah Fatmawati juga memiliki garis keturunan bangsawan dari Kesultanan Indrapura Mukomuko, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
“Mantan Bupati nggak paham sejarah. Jadi apa yang diketahui dia selama ini,” tutur Heri.
Untuk itu, Heri yang juga putra Lambar ini meminta agar Parosil meminta maaf secara terbuka, terutama kepada seluruh kader Muhammadiyah yang ada di Provinsi Lampung.
“Semua warga Muhammadiyah tidak menerima ucapan yang sangat mendiskreditkan seakan warga Muhammadiyah adalah warga kelas dua di republik ini. Sementara tokoh-tokoh Muhammadiyah turut berkontribusi mendirikan republik ini. Dia siapa dan apa perjuangannya dibandingkan kontribusi Muhammadiyah untuk negara dan bangsa ini?” tandas Heri. (*)