Selasa, 25 Mar 2025
Politik

Dukung Prabowo, Budiman Sudjatmiko Siap Hadapi Sanksi PDIP

 

EKSPOS – Budiman Sujatmiko, Politisi PDIP, siap menghadapi sanksi dari partai banteng moncong putih usai ikut mendeklarasikan relawan Prabowo Budiman Bersatu (Prabu) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Jumat (18/8/2023).

“Saya siap misal ada sanksi. Tapi saya yakin, saya tak punya prasangka buruk kepada partai PDI Perjuangan,” tegas aktivis 98 dan pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) penentang keras orde baru itu.

Menurut Budiman, ia akan bertanggung jawab dengan pilihannya itu jika dipanggil oleh partai. 

“PDI Perjuangan punya aturan, kalau saya kena sanksi itu sepenuhnya tanggung jawab saya,” kata dia. 

Budiman juga menghormati jika PDI Perjuangan memberikan sanksi kepadanya. Dia menegaskan, dukungannya kepada Prabowo Subianto merupakan bukan sikap partai. 

“Ya ya, tapi bukan atas nama partai ya. Ini atas nama pribadi. Saya dukung Pak Prabowo,” ujarnya. 

Meski dukungannya itu telah disampaikan secara terbuka, Budiman meminta agar publik tidak berandai-andai karena sampai saat ini dirinya masih menjadi anggota PDI Perjuangan. 

“Tapi jangan berandai-andai ya. Saya belum dipecat,” ucap Budiman.

Menurut Budiman, ke depan Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang dan masalah-masalah lainnya.

“Kita butuh kepemimpinan yang punya visi misi jangka panjang yang bisa menyelesaikan masalah kerakyatan,” ujar dia.

Selain itu, Budiman juga berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus tetap utuh dan bersatu, seraya menekankan bahwa tidak ada guna perpecahan yang tidak perlu. Sebab, lanjut Budiman, perpecahan kerap kali dipakai agar bangsa Indonesia melihat masa lalu ketimbang memikirkan masa depan.

“Intinya saya mengajak Pak Prabowo ke Semarang ingin menunjukkan bahwa perpecahan itu sia-sia,” kata Budiman.

Budiman lalu menyinggung masa lalunya ketika masih menjadi aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) di masa Orde Baru. Kala itu, Prabowo masih menjadi anggota TNI Aktif.

Dia mengamini dulu berada di kubu yang berbeda dengan Prabowo. Budiman mengkritisi pemerintah, sementara Prabowo berada di kubu pemerintahan Orde Baru.

“Dulu terpaksa kita ada yang berbeda, tapi setelah 25 tahun saya terinspirasi setelah saya membaca buku Paradoks Indonesia yang diberikan oleh Pak Prabowo dan ditulis oleh Pak Prabowo,” tukas Budiman, yang pernah di penjara di zaman orde baru lantaran dituduh penguasa kala itu sebagai aktor intelektual kerusuhan 27 Juli 1996. (*)

 



Baca Juga