Oleh Luhut Binsar Pandjaitan
Setiap kali diminta bercerita tentang sosok Bapak oleh anak dan cucu di rumah, saya selalu berkata bahwa kakek/buyutnya hanyalah seorang mantan sopir bus AKAP di Sibualbuali. Namun, kerja keras dan sikap pantang menyerah beliaulah yang mengubah jalan hidupnya, menjadi orang pertama di Indonesia yang pernah belajar di Cornell University. Sikap tersebut juga yang saya teladani dari mendiang Bapak, menjadi seorang professional, dimanapun saya bekerja.
Saat Tsinghua University memberikan kabar akan menganugerahkan gelar “honorary professor”, saya langsung meminta izin sekaligus melapor kepada Presiden Joko Widodo. Beliau berkeinginan agar saya dapat menerimanya. Saya juga sempat bertanya kepada pihak Tsinghua apa sebab mereka mengamanatkan gelar ini. Mereka berkata bahwa saya berkontribusi atas terjalinnya hubungan persahabatan yang begitu erat antara Indonesia dan Tiongkok. Jawaban yang cukup mengharukan saya kira. Karena hubungan kemitraan dan persahabatan antar kedua negara telah dicontohkan lebih dahulu oleh kedua pemimpin kami, Presiden Joko Widodo dan H.E. Presiden Xi Jinping.
Kalau boleh jujur, beberapa kali saya mendapatkan tawaran sekaligus penghargaan seperti ini dari beberapa universitas. Namun, saya selalu menolak. Karena bagaimana bisa? Lulusan Akademi Militer yang hanya mengerti kata siap dan laksanakan, tak pernah menyukai pelajaran aljabar dan matematika, mendapatkan gelar terhormat dari salah satu cabang ilmu pengetahuan. Apalagi gelar tersebut datang dari kampus nomor 1 di Asia dan 12 terbaik dunia sekaligus kampus tertua di dunia yang maju dalam pengembangan sains dan teknologi.
Terima kasih kepada Pemerintah Tiongkok atas rasa persahabatan dan saling percaya yang terjalin erat selama ini. Seperti batu giok yang semakin mengkilap seiring waktu, saya berharap persahabatan kedua negara terus terjalin dan semakin kokoh. Terima Kasih kepada seluruh civitas akademika Tsinghua University. Amanat ini akan saya dedikasikan sebagai komitmen untuk terus melanjutkan pengabdian kepada bangsa dan negara, dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia yang unggul dan berdaya saing demi mempersiapkan era Indonesia Emas 2045. (*)
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves)