Oleh Khaidir Asmuni
Efek kejut dari pidato Presiden Prabowo dalam sesi khusus KTT Developing Eight (D8) ke-11, di Kairo, Mesir, membuktikan pada dunia bahwa Indonesia memiliki sikap dan komitmen yang tegas terhadap perdamaian dunia dan persatuan negara Islam.
Isu yang diangkat Presiden Prabowo Subianto itu lebih kuat daripada framing berita walk outnya Recep Tayyip Erdogan.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang menjalankan politik luar negeri bebas aktif, pernyataan Presiden Prabowo sangat representatif. Erdogan yang walk out hanya menjadi isu di media sosial. Publik lebih menyoroti pernyataan Prabowo yang berpotensi membawa dampak persatuan dan perdamaian dunia.
Pengamat menilai para pemimpin di D8 terkejut saat Prabowo dipandang mampu berpikir di luar tradisi D8. Presiden Prabowo dalam pidatonya mengaitkan peran D8 dalam penyelesaian konflik di Palestina dan Suriah.
Apa yang diungkapkan Presiden Prabowo mengisi kerinduan akan auman Macan Asia yang siap menerkam. Hal ini terlihat dari aura dan getaran saat melihat Presiden Prabowo bicara. Banyak hal yang bisa menjadi angle (sudut pandang) dari sikap ini. Dari semangat berlatar sejarah hingga keberanian bersikap menghadapi konflik di negara Arab.
Sikap Presiden Prabowo seyogyanya menyadarkan kalangan pers internasional bahwa Indonesia memiliki sikap yang tegas dalam menjalankan politik luar negeri. Terutama dengan kehadiran sosok Presiden Prabowo sebagai pemimpin yang konsisten dan memiliki karakter sebagai pemimpin dunia dengan komitmen perdamaian dunia yang sangat kuat.
Presiden Prabowo merupakan sosok representasi dari 285 juta rakyat atau negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 dunia dan memang layak mendapatkan tempat tersendiri ketika berbicara di dalam forum internasional.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim bahkan menegaskan dukungannya akan sikap Prabowo di KTT D8 itu. Dia menilai Presiden Prabowo telah menyampaikan kebenaran yang pahit namun penting untuk dikedepankan dengan baik dan bijaksana. Terutama berkaitan dengan hak kenegaraan Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Kebenaran yang Terungkap
Masalah walkout nya Erdogan sempat menjadi trending topic di X. Namun yang patut dipertanyakan trending itu justeru komentar yang berbahasa Indonesia. Komentar-komentar ini bisa disinyalir berasal dari lontaran dalam negeri. Apakah oleh buzzer? Entahlah.
Harusnya hal itu tidak terjadi mengingat konflik di Suriah menjadi bagian dari kepentingan politik termasuk Turki di kawasan itu.
Yang mengherankan isu yang berkembang didalam trending topic justru walk outnya Erdogan ketika Presiden Prabowo menyampaikan pidatonya. Sementara dunia internasional melihat isu lain di luar peristiwa walk out tersebut.
Misalnya hubungan antara Iran dan Turki terkait dengan persoalan di Suriah. Mereka lebih menyoroti pertemuan Erdogan dengan Presiden Republik Islam Iran Masoud Pezeshkian. Pasalnya, Erdogan seperti memainkan (maaf) standar ganda. Pengamat menilai di satu sisi Turki yang merupakan anggota NATO dinilai dapat menempatkan pasukannya secara permanen di Idlib, wilayah pemberontak Suriah. Juga akan menjadi investor utama dalam rekonstruksi Suriah dan mendapatkan keuntungan ekonomi dari proses tersebut.
Terlepas dari isu-isu politik di Timur Tengah ini sebetulnya apa yang dilontarkan Presiden Prabowo memberikan dampak yang cukup besar terhadap efek-efek kejut dunia internasional.
Bagi bangsa Indonesia yang merindukan sosok pemimpin yang tegas dan berani menyikapi suatu konflik internasional tentu sangat membanggakan.
Saat ini bangsa Indonesia tengah menempa diri. Di dalam negeri terus melakukan konsolidasi bangsa. Di mancanegara geopolitik internasional yang menjadi tantangan ke depan mendapat perhatian yang serius.
Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang mampu “melengkungkan dunia” dari kesadaran geopolitik. Di masa lalu kita memiliki berbagai sikap yang mempelopori perdamaian. Seperti Konferensi Asia-Afrika yang telah mewarnai sikap berbagai negara untuk tidak ikut dalam blok blok negara yang berkonflik.
Saat ini, KTT D-8 ke-11 menghasilkan sejumlah kesepakatan kerja sama yang berfokus pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Bersama negara-negara anggota, Indonesia menyepakati penerapan Perjanjian Perdagangan Preferensial serta mendukung pengembangan UKM di sektor e-commerce serta teknologi. Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan mendorong peningkatan produktivitas di berbagai sektor.
Kita berharap shock effect dari pidato Presiden Prabowo dalam sesi khusus KTT D8 akan memberi pelajaran bagi kita.
Sebagai anak bangsa, selayaknya kita bangga. Kita seyogyanya berlaku bijak. Ketika urusan dalam negeri kita boleh melakukan kritik yang tajam. Bahkan memberi masukan sepahit apapun. Akan tetapi ketika di forum internasional selayaknya kita bersatu. Bahwa bagaimanapun juga pemimpin kita yang tengah berpidato di luar adalah bagian dari kita. Bagian dari 285 juta penduduk Indonesia. Sehingga trending topik yang muncul tidak mendiskreditkan bangsa sendiri yang tidak produktif bagi kebangkitan marwah bangsa. (*)
Aktivis Democracy Care Institute