Sabtu, 8 Feb 2025
Opini

Setelah Kenyang dan Bergizi, What Next? Membaca Visi Besar Pendidikan Presiden Prabowo

Oleh Khaidir Asmuni

Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap dunia pendidikan tidak diragukan. Penerapan Makan Bergizi Gratis pun menjadi salah satu program penentu visi besar Presiden. Di satu sisi, pendidikan menjadi hak setiap warga negara, namun di sisi lain Indonesia harus menyiapkan bibit unggul yang mempelajari teknologi STEM dan tak bisa menghindari kompetisi.

Terlihat kasat mata oleh media massa kepedulian Presiden Prabowo terhadap anak-anak. Kesan yang kuat menunjukkan ada kedekatan emosional antara diri Presiden Prabowo dengan anak-anak Indonesia.

Saat berdialog dengan anak-anak itu terkadang menimbulkan rasa haru. Terutama saat Presiden menunjukkan rasa bangganya terhadap anak seorang buruh kecil yang sukses menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.

Presiden Prabowo seolah mengetahui bagaimana semangat anak anak tersebut dalam belajar dan berjuang yang dibiayai oleh tetes keringat bahkan darah orang tuanya.

Presiden Prabowo menolak bahwa ini adalah sebuah branding atau pencitraan bahkan ketika ada anak yang mengucapkan terima kasih pun dia mengatakan tidak perlu berterima kasih. Apa yang dilakukannya merupakan kewajibannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Presiden Prabowo banyak memberikan perhatian yang lebih kepada anak anak, yang mungkin tidak terpantau oleh media massa. Bisa saja apa yang dilakukan Presiden memang merupakan inner character (karakter batin) yang ada dalam hati dan diri Presiden.

Dengan memimpin 280 juta penduduk, yang sebagian besar adalah generasi muda, menempatkan kepedulian ini jadi sangat penting untuk masa depan bangsa.

Apalagi saat ini persaingan dari generasi muda di berbagai negara sangat tinggi, sehingga Indonesia harus menyiapkan generasi yang tangguh menghadapi masa depan.

Dalam kondisi yang masih sangat perlu pembenahan, generasi muda Indonesia memiliki tantangan yang tidak ringan. Jika secara global, Indonesia masih lebih beruntung, tapi harus tetap mempersiapkan diri menghadapi tantangan.

United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat dua pertiga dari semua anak berusia sepuluh tahun di seluruh dunia tidak dapat membaca dan memahami cerita sederhana. Itulah sebabnya, pada setiap peringatan Hari Anak Sedunia, selalu digaungkan agar para pemimpin dunia memberikan anak-anak pembelajaran dasar yang mereka butuhkan untuk masa depan mereka. UNICEF juga menyerukan agar pemimpin dunia mendengarkan seruan anak-anak dan kaum muda dalam keadilan iklim, pemberdayaan, perlindungan, dan partisipasi mereka. Termasuk pula persoalan gizi agar memastikan akses terhadap layanan kesehatan, gizi, dan imunisasi bagi setiap anak.

Persoalan yang diungkapkan UNICEF ini juga menjadi perhatian dari Presiden Prabowo Subianto termasuk masalah gizi di mana presiden dengan dedikasi dan perjuangannya menerapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak Indonesia 

MBG dan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Lingkungan sekolah sebetulnya merupakan sistem yang kompleks. Didalamnya, seorang siswa akan menghadapi sejumlah situasi. Seperti situasi terkait hubungannya dengan siswa lain, lingkungan, guru bahkan pula masyarakat. 

Di sisi lain, dia juga menghadapi situasi proses belajar di sekolah, dimana dia dituntut untuk memperkuat diri dengan meningkatkan kualitas menghadapi persaingan. Sehingga siswa itu dituntut memiliki skill, kecerdasan, kemampuan maupun hasil-hasil dari belajar yang didapatkan di sekolah.

Sebagian kalangan menilai bahwa sekolah sebetulnya bukan tempat untuk berkompetisi melainkan menerapkan sisi restoratif nya. Bukan kompetisinya. Dari sisi restoratif itu, bulying tentu saja diharamkan. Siswa harus menerapkan kebersamaan dan menjadikan sekolah tempat yang nyaman.

Namun, hal ini pada kenyataannya, tidak bisa menghindari hal hal yang bersifat kompetitif. Dari hal hal kecil hingga kompetitif yang mencerminkan rasa keadilan di dunia pendidikan.

Bagaimana sikap kompetitif itu tidak bisa dihindari dari dunia pendidikan?

Di Indonesia, kesempatan mengenyam pendidikan itu diatur di Pasal 31 UUD 1945, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Akan tetapi ketika memasuki jenjang yang lebih tinggi seperti memasuki bangku perkuliahan, dimana ketersediaan kursi terbatas, para lulusan sekolah menengah harus melalui tes. Tes merupakan cermin keadilan untuk menyeleksi siapa yang berhak untuk mendapatkan kursi di perkuliahan. Dari sini kompetisi itu tak bisa dihindari.

Meskipun begitu, Pemerintah juga berencana menyiapkan sekolah rakyat di bawah naungan Kementerian Sosial agar semua warga negara dapat mengenyam pendidikan. Sekolah tersebut akan diutamakan untuk anak dari keluarga tak mampu dan yang termasuk miskin ekstrem.

Kembali ke persoalan sekolah unggul, faktor persaingan di dunia pendidikan merupakan suatu yang tak terhindari karena generasi yang tangguh harus disiapkan.

Presiden Prabowo Subianto juga akan mengeluarkan surat Instruksi Presiden (Inpres) dan Peraturan Presiden (Perppres) tentang pendirian SMA Garuda — sebuah sekolah unggulan tingkat SMA yang digunakan pemerintah untuk menjaring para siswa sangat pintar.

Ide pembangunan sekolah unggulan tersebut tengah digodok Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Rencananya pemerintah juga akan membantu para siswa tersebut untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan reputasi global di dunia.

Sekolah Unggulan Garuda ini sudah diproses untuk bisa dimulai awal tahun 2025.

Keinginan yang kuat dari Presiden Prabowo untuk menciptakan generasi Indonesia yang mampu bersaing di kancah dunia terlihat dari sejumlah kebijakannya. Dan kita pun menyadari hal itu menjadi jawaban menghadapi tantangan ke depan.

Itulah sebabnya, kompetisi positif para siswa diharapkan berpengaruh baik. Tes yang dilakukan untuk masuk ke sekolah unggul menjadi tantangan para siswa untuk tekun belajar.

Seperti halnya (salah satu contoh), ketika kita ingin menciptakan dokter-dokter yang handal, yang dapat menemukan berbagai inovasi dan penemuan dalam mengobati penyakit umat manusia. Tentunya, dalam proses seleksi hal itu harus dilakukan secara objektif. 

Mahasiswa yang diterima di Fakultas Kedokteran tersebut bukan karena pertimbangan kemampuan membayar uang bangunannya yang tinggi. Melainkan dia merupakan putra putri terbaik yang memang lulus dalam seleksi objektif.

Kita menyadari bahwa diadakannya tes dalam setiap penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi negeri tujuannya adalah untuk memberikan rasa keadilan terhadap semua orang. Melalui tes akan ditentukan siapa yang lebih berhak untuk masuk ke perguruan tinggi itu.

Tes yang diadakan adalah cermin dari rasa keadilan dari semua orang. Itulah sebabnya apabila selalu dikaitkan dengan uang bangunan, maka sangat sulit untuk mendapatkan dokter-dokter cerdas yang dapat memberikan dampak dan inovasi bagi dunia kedokteran di Tanah Air.

Tidak hanya di Fakultas Kedokteran. Saat ini, Indonesia benar benar ditantang untuk mengembangkan sains dan teknologi bagi generasi muda.

Presiden Prabowo Subianto mengakui Indonesia rawan dengan gangguan teknologi, termasuk serangan siber. Untuk itu, Presiden Prabowo akan fokus pada pendidikan generasi muda yang mempelajari Science, Technology, Enginering, Mathematic (STEM).

Terkait dengan pernyataan Presiden Prabowo ini, sebagai bangsa yang besar kita pun harus menguasai teknologi cyber, AI dan berbagai perkembangan teknologi lainnya. Dari perang Ukraina dan Rusia atau Israel dan Palestina dan sejumlah peperangan lain, kita memahami bagaimana teknologi sudah begitu berkembang sangat pesat. Indonesia tentunya harus siap dalam kondisi apapun.

Kita tentu saja tidak menginginkan terjadinya peperangan antar negara. Namun disisi lain mengantisipasi agar kita siap dalam kondisi apapun itu harus dilakukan. Saat ini penggunaan teknologi membuat umat manusia jadi prihatin dan merasa miris, karena begitu canggihnya teknologi yang dapat melakukan pembunuhan terhadap umat manusia. 

Untuk menguasai STEM tentu saja, baik guru maupun siswa itu harus saling menunjang. Terutama para guru harus memahami benar bagaimana menerapkan atau mengimplementasikan STEM kepada para siswanya dimulai dari memahami secara sungguh-sungguh apa yang harus dikuasai dan dilakukan di dalam penerapan pendidikan seperti STEM ini. 

Belajar dari negara Swiss, penekanan STEM pada study yang presisi, inovatif, dan banyak melakukan penelitian, khususnya di bidang teknik dan teknologi. 

Presiden Prabowo menilai kemampuan generasi muda mendatang terutama dibidang teknologi artificial inteligence (AI) dan kemampuan kognitif harus ditekankan pada sistem pendidikan yang mengembangkan Science, Technology, Enginering, Mathematic ini. Dari Kabinet Merah Putihpun, Presiden menunjuk Prof. Stella Christie yang menguasai bidang sains, kognitif dan AI. 

Yang paling menyolok adalah dengan pesatnya perkembangan artificial intelligence (AI), banyak negara mengeluarkan investasi terkait ini. Pada tahun 2018, Australia mengeluarkan USD$25 juta dan China hingga USD$30 miliar.

Juga Parlemen Eropa di Strasbourg, salah satu dari tiga badan UE (bersama dengan komisi dan dewan negara anggota) menyetujui pendanaan penelitian lebih dari 100 miliar (US$113 miliar) untul program Horizon Eropa, yang berlangsung dari 2021 hingga 2027 untuk meneliti ilmu otak dan teknologi kuantum.

Besarnya investasi tersebut karena AI menjadi bagian penting masa depan dunia. Paul Goode menyebut pertumbuhan AI dalam ekonomi dunia akan membuat seluruh sektor menjadi usang dan berpotensi menyebabkan pengangguran massal.

Dengan melihat tantangan yang berat ini, kita akan memahami mengapa Program Makan Bergizi Gratis itu sangat penting. Sebab, dia dapat menunjang kesiapan secara fisik generasi muda Indonesia dalam menerima pelajaran yang bisa saja sangat berat.

Makanan bergizi gratis yang diberikan ke siswa merupakan investasi jangka panjang karena menunggu pertumbuhan generasi muda untuk tubuh besar dan memiliki kecerdasan serta fisik yang kuat itu membutuhkan waktu yang lama. Sementara untuk mencapai tujuan tersebut anggaran yang dibutuhkan akan sangat besar.

Namun sebaliknya, apabila investasi jangka panjang itu tidak dilakukan sesegera mungkin untuk menciptakan generasi yang tangguh, maka di masa depan kita akan menghadapi bencana karena generasi muda kita lemah, baik dari sisi fisik maupun mental. Apabila hal itu terjadi kita tidak bisa menyalahkan sejarah masa lalu dan menghadapi penyesalan karena tidak sejak dulu investasi sumber daya manusia (SDM) ini dilakukan.

Apapun alasannya pembentukan generasi muda yang tangguh harus dilakukan sesegera mungkin.

Setelah Kenyang dan Bergizi, What Next?

Pertanyaannya adalah setelah kenyang dengan makan bergizi gratis apa yang bisa diharapkan dari siswa? Sejauhmana Makanan Bergizi Gratis ini dapat berpengaruh terhadap mentalitas dan kecerdasan generasi muda Indonesia?

Pertama, MBG memberikan kondisi prima anak anak sekolah atau generasi muda untuk menerima pelajaran. Selain itu, MBG juga membantu pembentukan sel-sel otak dengan meningkatkan produksi neuron baru.

Kedua, MBG memberikan mental yang sehat. Dalam tinjauan psikiatri gizi (yang merupakan bidang yang mempelajari hubungan antara makanan dan kesehatan mental) disebutkan pengaruh makanan sehat terhadap mentalitas anak. (*)

Aktivis Democracy Care Institute



Baca Juga