Oleh Khaidir Asmuni
Usaha tak mengkhianati hasil. Man jadda wa jadda. Hasil hitung cepat menempatkan Mirza-Jihan unggul telak atas Arinal-Sutono, dengan perolehan yang mengukir sejarah karena lebih dari 80 persen suara. Meski hasil akhir menunggu KPU, namun Publik Lampung mencatat keunggulan Mirza-Jihan tersebut sesuai realitas yang berkembang di masyarakat.
Pertama, dari sisi waktu dan persiapan, Mirza-Jihan jauh lebih siap. Jika dilihat dari jumlah “bersalaman” dengan rakyat, pasangan Mirza-Jihan jauh lebih banyak dari Ardjuno. Plus. Sikap Arinal yang pada masa masa pra pencalonan tak menunjukkan gereget. Meski saat itu, Partai Golkar menjatuhkan rekomendasi untuk dirinya (saat dualisme dengan Hanan A Razak), namun tak terlihat pergerakan Arinal yang signifikan. Arinal justeru bergerak belakangan dan itupun dari parpol yang bukan Partai Golkar.
Sebaliknya, Mirza-Jihan langsung bergerak dengan mengonsolidasikan basis pendukung koalisi yang memang besar. Menggerakkan relawan. Juga memperluas solidaritas pemilih muda dan pemilih baru. Apalagi keduanya memang Milineal.
Kesiapan Mirza-Jihan terkait mesin partai dan relawan makin kuat saat memasuki tahapan pilkada.
Kedua, Mirza-Jihan mampu menangkis bahkan menembus isu “berpengalaman dan teruji” yang dihembuskan Ardjuno. Mirza-Jihan justru memberikan sikap yang lebih bijak. Misalnya, dalam closing statement saat debat ketiga, tampak jelas, bagaimana sikap bijaksana ditunjukkan oleh kedua pemimpin muda tersebut.
Sikap yang ditunjukkan oleh Mirza-Jihan ini tidak saja mendapatkan simpati dari generasi X dan baby Boomer tetapi juga mendapatkan simpati dari kalangan milenial dan gen Z.
Milenial dan Gen Z Lampung tampaknya memahami bahwa tantangan Provinsi Lampung sudah sangat berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh Baby Boomer dan Gen x. Sehingga berbagai keunggulan yang diusung oleh pasangan Arjuno jadi terasa out of date oleh generasi milenial dan gen Z karena tidak memiliki hal baru. Padahal, Lampung memiliki tantangan baru ke depan.
Ketiga, sejumlah keunggulan program yang diandalkan Arinal terasa mentah. Bahkan out-of-date. Misalnya, andalan Ardjuno soal kemampuan mengelola pertanian ternyata tidak mampu menembus kompetensi atau kemampuan Rahmat Mirzani Djausal yang ternyata memberikan strategi pertanian lebih maju, modern, inovatif dan akseleratif dengan Pemerintah Pusat.
Rahmat Mirzani Djausal yang memang berkecimpung di dunia pertanian sejak lama mampu memberikan langkah-langkah praktis, strategis dalam pengembangan pertanian di Provinsi Lampung yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dari panggung debat, publik Lampung bisa melihat bagaimana argumen-argumen dari Mirza-Jihan lebih mengena. Mereka bahkan memanfaatkan waktu yang diberikan oleh moderator menyampaikan visi yang padat eksplisit bahkan teknis. Retorika dan argumen yang diungkapkan Mirza-Jihan memang sesuai harapan masyarakat karena panggung debat adalah untuk mengetahui bagaimana visi dan misi, bahkan kualitas dari pasangan calon. Bukan ajang debat antara paslon dengan moderator.
Bukan hanya itu, pengalaman birokrasi yang dimiliki oleh Ardjuno juga tidak tampak dalam sosialisasi Pilgub. Baik dalam acara debat maupun dalam acara kampanye. Mengapa? Padahal, sisi birokrasi itu merupakan keunggulan dari pasangan Ardjuno?
Democracy Care Institute melihat berkembangnya pandangan masyarakat terhadap birokrasi yang tidak lagi bersifat konvensional membuat perubahan pandangan yang besar akan hadirnya paradigma birokrasi baru. Dari sinilah, Mirza-Jihan dinilai mampu menawarkan birokrasi partisipatif untuk kepentingan masyarakat.
Bagaimana dengan pembangunan infrastruktur? Ardjuno tampaknya belum memiliki keberuntungan untuk meraih simpati terkait infrastruktur ini. Apalagi beberapa bulan lalu sempat viral secara nasional tentang kondisi jalan di Lampung, yang kemudian diperbaiki setelah Presiden turun langsung mengecek jalan di Provinsi Lampung itu. Dari sini masyarakat sudah memiliki track record.
Sebaliknya Mirza-Jihan memberikan harapan baru membaiknya infrastruktut ini, tidak hanya jalan tetapi infrastruktur lainnya di Provinsi Lampung. Termasuk pengembangan Kota Baru.
Keempat, tema-tema yang diangkat Mirza-Jihan, baik dalam kampanye maupun tatap muka langsung bersama masyarakat, bersifat kebangsaan, kepentingan bersama, objektivitas pada persoalan yang dihadapi masyarakat. Bukan terlalu menekankan pada aspek hiburan semata dengan berjoget dan bagi bagi alat peraga.
Tema tema sosialisasi yang diberikan Mirza-Jihan tersusun rapi dengan urutan logis, mudah dimengerti dan tidak tergesa-gesa. Hal ini disebabkan persiapan mereka lebih matang. Yang membuat sosialisasi dapat tersampaikan secara lebih baik dan lengkap ke masyarakat.
Kelima, kaum Milineal dan Gen Z yang jumlahnya 56 persen dari DPT Provinsi Lampung berpotensi mengalihkan suara ke Mirza-Jihan. Seperti diketahui, pemilih muda untuk Pilkada 2024. Totalnya mencapai 2.641.169 pemilih yang terdiri dari 2.235.583 atau 34,31 persen pemilih milenial (27-42 tahun) dan 1.405,586 atau 21,57 persen pemilih generasi (17-26 tahun).
Jumlah yang besar pemilih muda ini menjadi lumbung suara yang dibina sejak lama.
Apalagi, Mirza-Jihan merupakan bagian dari kaum milenial di Provinsi Lampung mampu mengambil hati anak-anak muda terutama dari kalangan milenial dan gen Z. Generasi Milenial lahir antars 1981-1996 dan gen Z: 1997-2012.
Ini berbeda dengan Ardjuno yang masuk generasi Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964).
Keenam, Mirza-Jihan berhasil mempersatukan masyarakat Lampung secara antargenerasi. Dengan menunjuk ketua tim pemenangan mantan Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri yang kemudian memperluas simpati dan dukungan ke tokoh-tokoh senior di Lampung dari kalangan gen x dan baby boomer.
Dengan mendapat dukungan antargenerasi ini, Mirza-Jihan justru dapat mempersatukan masyarakat Lampung secara ruang dan waktu. Atau dengan kata lain, secara ruang (geografis dan teritorial). Dan dari sisi waktu (mempersatukan antargenerasi).
Ketujuh, di bawah kepemimpinan Rahmat Mirzani Djausal, Provinsi Lampung akan lebih cepat mengakselerasi program penting Pemerintah, dari ketahanan pangan, posisi Provinsi Lampung terkait dengan geopolitik, isu lingkungan hingga penerapan teknologi pada generasi muda di masa yang akan datang.
Mengapa akselerasi yang cepat ini sangat penting bagi masyarakat Lampung? Karena dengan mampu berakselerasi dengan dengan Pemerintah Pusat program-program besar akan masuk ke Lampung dan diharapkan berimplikasi pada kesejahteraan rakyat.
Dari penjelasan di atas, memang sangat sulit memberi penilaian yang proporsional antara Arinal-Sutono dan Mirza-Jihan. Alasannya, di atas kertas Mirza-Jihan memang sudah tidak terkejar.
Kita pun akan menyadari. Usaha memang tak mengkhianati hasil. Man jadda wa jadda. Publik Lampung mencatat keunggulan Mirza-Jihan sesuai realitas yang berkembang di masyarakat. Kemenangan Mirza-Jihan tidak saja wajar. Tapi telah ditunggu rakyat Lampung. Selamat datang pemimpin baru!
Aktivis Democracy Care Institute