Oleh Khaidir Asmuni
Sudah terdapat sejumlah tanda-tanda bahwa program Presiden Prabowo Subianto on the track dan menunjukkan titik cerah bagi bangsa.
Pertama, di awal kepemimpinannya yang baru berusia 2 bulan, Presiden sudah menunjukkan bahwa penyebaran anggaran untuk kesejahteraan rakyat dilakukan dengan pola piramida terbalik. Ini membuktikan bahwa rakyat sebagai mayoritas penerima kesejahteraan yang diutamakan oleh Presiden Prabowo.
Dari program Makan Bergizi Gratis, penghapusan utang UMKM, perhatian terhadap nasib guru, perhatian terhadap petani dan sejumlah program lain, menunjukan rakyat menjadi sasaran utama yang disejahterakan Presiden Prabowo.
Kedua, kesungguhan menepati komitmen dengan rakyat. Gebrakan Presiden bersifat populisme-teknokrasi yang mereduksi kepentingan politik tertentu. Dalam beberapa peristiwa, Presiden Prabowo mengambil jarak antara hubungannya dengan partai politik (karena beliau sendiri adalah ketua partai) dengan dirinya dan rakyat.
Jadi ada dua komunikasi yang dilakukan Presiden yang dilakukan secara terpisah dan tidak dicampur aduk. Yaitu, komunikasi dengan pemimpin parpol, dan yang satu lagi komunikasi dengan rakyat. Dari pola komunikasi ini, Presiden akan dapat menempatkan diri secara proporsional terhadap persoalan bangsa.
Selain itu, posisi Presiden Prabowo secara tegas memperjelas bahwa saat seorang menjadi Presiden, dia tak lagi mewakili parpol atau bertindak sebagai pemimpin parpol atau (maaf) petugas partai, melainkan milik rakyat secara keseluruhan.
Yang diharapkan dari posisi Presiden milik semua kalangan masyarakat ini adalah bangsa Indonesia akan terhindar dari berbagai kontroversi di masyarakat. Misalnya, munculnya politik transaksi dengan parpol ataupun (maaf) terjadinya penyanderaan politik yang justru tidak produktif bagi kepentingan dan kebutuhan rakyat.
Memang, ada saatnya Presiden berkomunikasi dengan partai politik dengan mengadakan pertemuan rutin. Hal ini diharapkan tidak mempengaruhi keputusan sebagai Presiden yang menjadi milik rakyat secara keseluruhan.
Ketiga, Presiden Prabowo melakukan komunikasi secara langsung (direct) kepada rakyat. Masyarakat dapat menyaksikan sendiri. Misalnya, sebelum Presiden keluar negeri dia akan melapor ke rakyat mengapa harus keluar negeri. Juga dengan berbagai isu yang muncul di masyarakat, Presiden langsung berkomunikasi dengan rakyat.
Tampaknya, rakyat sudah memiliki space sendiri di hati untuk Pak Presiden. Misalnya jika dalam komunikasi itu ada hal kontroversi yang harus dijelaskan, Presiden akan memberikan penjelasan lebih lanjut. Seperti masalah pemberian maaf kepada koruptor atau pajak 12 persen, di mana Presiden kembali menjelaskan itu kepada rakyat. Dan rakyat mendapatkan klarifikasi yang jelas baik sisi keberpihakan Presiden maupun pemberian informasi yang jelas dan tegas.
Melalui pidatonya yang secara langsung dilakukan di hadapan pejabat maupun rakyat ini menjadi bagian dari komunikasi dan dialog dengan jajaran pemerintahannya. Sehingga apa yang diungkapkan nya dengan jajaran pemerintahan itu disaksikan langsung oleh masyarakat. Jadi, tidak ada dusta diantara kita.
Konsistensi sikap Presiden memberikan angin segar terhadap kredibilitas Pemerintah di mata rakyat.
Terakhir ketika Presiden menyinggung tentang hukuman kasus timah Rp300 triliun yang hanya dihukum 6,5 tahun membuat masyarakat terkesima dengan apa yang dilontarkan Presiden yang berpihak pada resionalitas hukum rakyat. Diharapkan kasus ini akan memberikan pelajaran berharga kepada dunia hukum di Indonesia untuk tidak memberikan hukuman yang ringan terhadap para koruptor. Ini merupakan point yang lebih maju bagi dunia hukum kita.
Keempat, Presiden Prabowo mulai merekonstruksi pengembangan dan pertumbuhan ekonomi secara optimistik. Pertumbuhan ekonomi 8 persen tidaklah mudah. Namun, sikap optimistik akan memberi cerita lain.
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”. Ungkapan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno dikutip Presiden Prabowo akan pentingnya perjuangan optimal terhadap cita cita bangsa.
Ini bisa dilihat dari kegigihan Presiden dengan berbagai program yang merekonstruksi pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya, ketahanan energi. Pemerintah menghadirkan program B50 di 2025, campuran solar & minyak sawit 50% untuk masa depan energi berkelanjutan Indonesia. Ini merupakan salah satu upaya mempercepat program penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Upaya mewujudkan swasembada energi juga bertujuan agar Indonesia dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
Rekonstruksi perekonomian juga dilakukan di pedesaan. Multiplier effect dari program Makan Gizi Gratis disinyalir akan memberi dampak sentrifugal di semua aspek kehidupan di desa. Dimulai dari tingginya peredaran uang di desa dan berkembangnya UMKM desa.
Desa akan menjadi sasaran komunikasi dan diskusi dari kalangan centre of excellence karena harus menghadirkan disain ekonomi desa yang smart. Dengan tingginya jumlah uang yang masuk ke pedesaan, maka mindset pembuatan program di desa pun harus dengan perencanaan matang dan kontrol yang ketat.
Kelima, ada respons positif dari rakyat. Saat ini tidak ada pidato yang ditunggu oleh rakyat kecuali pidato Presiden. Tidak hanya dari kalangan masyarakat bawah, bahkan anak-anak pun kini telah mengenal nama Prabowo Subianto. Entah karena program makanan bergizi gratis yang udah mulai terdengar di telinga anak-anak sekolah atau karena pidato-pidato Presiden yang menyebar di tiktok dan mudah dijangkau oleh anak-anak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan konsistensi Presiden mendapat perhatian masyarakat.
Awal tahun baru 2025 ini juga senyum sumringah jutaan rakyat terlihat dari discount pulsa listrik 50 persen. Mereka membuktikan jika Presiden Prabowo dan jajaran pemerintahannya memahami arti kebutuhan masyarakat di tengah deraan kesulitan ekonomi. Jika percakapan soal ketahanan energi terlalu tinggi bagi masyarakat. Maka discount 50 persen listrik menjawab secara riil berjuta pertanyaan tentang swasembada energi. Terimakasih Pak Presiden! (*)
Aktivis Democracy Care Institute