Sabtu, 14 Des 2024
Opini

Fenomena Gemoy: Membangun Komunikasi Politik dan Jembatan Antargenerasi di Pilkada

Oleh: Khaidir Asmuni

Selintas, fenomena “Gemoy” yang terjadi di Pilpres 2024 rentan terdistorsi di Pilkada karena menilai fenomena tersebut hanya dari sisi musik, joget, kartun yang lucu, lalu dengan berbagai polah lain yang hanya sekadar hiburan.

Padahal, sebetulnya fenomena gemoy merupakan sebuah komunikasi politik. Sebagai komunikasi politik, Gemoy menjembatani antargenerasi. Antara Milenial dan Gen Z dengan generasi sebelumnya.

Karena melalui musik dan budaya-budaya yang bersifat universal dan gaul, komunikasi itu lebih mudah diterima.

Selain komunikasi politik antargenerasi, fenomena Gemoy juga bagian dari perkembangan teknologi melalui artificial intelligence (AI) yang perkembangannya makin pesat.

Dalam skala nasional, kita memahami figur Prabowo Subianto adalah bagian dari tokoh yang mungkin dari semua sisi memiliki “level” yang tinggi. Sehingga melalui fenomena gemoy tersebut komunikasi antargenerasi dapat terjadi. Hal ini tentu saja akan produktif di dalam pembangunan ke depan.

Fenomena ini jangan terdistorsi oleh pandangan-pandangan yang justru negatif. Sementara kita memahami bahwa jumlah pemilih pemula, pemilih Gen Z dan Milenial sangat besar. Hal ini harus diperhatikan oleh setiap calon kepala daerah agar pilkada representatif mewakili mayoritas.

Jumlah kalangan Gen Z dan Milenial tersebut seyogyanya dikaji secara mendalam. Juga terkait dengan pemilih pemula. 

Ini cukup mempengaruhi kebijakan di daerah tersebut terutama terkait dengan upaya menuju Indonesia Emas 2045.

Di sana terdapat bonus demografi yang menjadi tantangan besar bagi bangsa.

Fenomena Gemoy akan mengingatkan kita bahwa harus ada keseimbangan antara program populis dengan program yang bersifat teknokratis (yang berlevel lebih intelektualistik).

Layak dipahami bahwa hal-hal yang bersifat populis di masyarakat harus ada peningkatan kualitas. Tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan yang populer saja tapi juga kemampuan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan penting di daerah.

Antara yang populis dan yang teknokratis terkait dengan kebijakan kebijakan tingkat tinggi di daerah harus dapat dilakukan oleh Calon Kada.

Harapannya adalah untuk meraih suara besar di kalangan Milenial dan Gen Z tentu saja berbagai usaha harus dilakukan tidak terkecuali membangun komunikasi antar generasi dengan mempertimbangkan jumlah pemilih Milenial dan Gen Z yang sangat besar tersebut.

Fenomena Gemoy menjadi salah satu contoh komunikasi politik yang berhasil. Bahkan mampu menjadi jembatan antargenerasi yang produktif menuju Indonesia Emas. (*)

Aktivis Democracy Care Institute

 



Baca Juga