(ENNEWS) – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dinilai bisa menjadi ‘bom waktu’ bagi internal partai. Pimpinan partai berlambang pohon beringin kuning itu dinilai perlu menjalankan rekomendasi Dewan Pakar Golkar, termasuk menggelar musyawarah luar biasa (munaslub).
“Bola rekomendasi Dewan Pakar sejatinya tidak menggelinding di ruang hampa. Berbagai desas-desus yang mengemuka di ruang publik yang mengaitkan kasus-kasus tersebut kepada figur Airlangga,” ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar periode 2015-2016, Yorrys Raweyai, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Nama Airlangga disebut-sebut dalam berbagai kasus dugaan korupsi. Seperti perkara penyediaan infrastruktur base transceiver station (BTS) hingga ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Dia menilai isu negatif kepada pimpinan partai akan berakibat fatal terhadap konsolidasi partai dalam menyongsong Pemilu 2024. Partai Golkar dinilai harus melakukan terobosan untuk memastikan suaranya tidak terjun bebas atau merosot secara signifikan.
“Sementara mempertahankan situasi saat ini hanya mengorbankan kepentingan partai secara keseluruhan,” kata dia.
Tak hanya itu, posisi Golkar semakin berat dalam kontestasi politik karena nama Airlangga tak diperhitungkan dalam perebutan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024.
“Karena itu, boleh jadi, dalam beberapa waktu ke depan, kegagalan Airlangga dalam mewujudkan rekomendasi tersebut akan menjadi ‘bom waktu’ yang meledak setiap saat. Atas dasar itulah publik menanti gerakan-gerakan ‘penyelamatan’ baru seperti fenomena yang terjadi sebelumnya,” kata dia.
Yorrys mengatakan dalam kalkulasi politik, upaya Golkar mengampanyekan Airlangga sebagai capres atau cawapres sejauh ini tidak berdampak efektif bagi elektabilitas partai. Sebaliknya, konsolidasi internal di tengah kesiapan partai mengikuti kontestasi semakin terhambat.
Yorrys menilai desakan melaksanakan munaslub dengan cara elegan dan damai menjadi pertimbangan logis.
“Sebagai partai modern, Golkar sejatinya cukup terbiasa dengan pergolakan dan menyelesaikan persoalannya secara baik,” kata Yorrys. (*)