EKSPOS – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD menjelaskan bedanya politik identitas dan identitas politik.
Hal ini dia jelaskan dalam Forum Diskusi Pemilu Keberagaman Menjadi Kekuatan Mewujudkan Pemilu Bermartabat di YouTube Kemenko Polhukam, Rabu (13/9/2023).
Mulanya Mahfud meminta masyarakat menyadari ketika ada elite politik yang sengaja memanfaatkan terjadinya polarisasi lewat politik identitas untuk mencapai kekuasaan. Sebab, mereka cenderung hanya akan memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.
“Politik identitas itu beda dengan identitas politik,” kata Mahfud dalam forum diskusi tersebut.
Mahfud menyampaikan, identitas politik adalah identitas primordial yang melekat pada seseorang. Misalnya, Hasto Kristiyanto sebagai Sekretaris Jenderal PDIP, Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi, dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.
Sedangkan politik identitas adalah identitas yang digunakan berdasarkan ikatan primordial untuk memojokkan dan mendiskriminasi orang lain.
Mahfud lantas mencontohkan, misalnya, ketika orang Jawa mengatakan ‘sikat orang Madura’ sebagai bentuk mendiskriminasi.
“(Kalimat) sikat orang yang beragama Kristen, itu politik identitas. Menggunakan untuk mengisolasi dan bermusuhan. Sedangkan kalau identitas politik itu untuk berkontestasi dan bersatu kembali sesudah selesai,” ucap dia.
Mahfud menyatakan, politik identitas adalah sebuah identitas politik yang digunakan untuk memecah belah.
“Tapi kalau untuk kontestasi maju bersama, memang itulah identitas politik. Oh, saya ingin maju bersama, ayo bersama, tapi tidak pakai politik identitas. Cuma dibalik saja pengertiannya,” jelas Mahfud. (*)