Kamis, 16 Jan 2025
Nasional

Denyut Rakyat Melayu, Rempang Eco-City Menuai Pusara Konflik

EKSPOS – Ribuan warga Melayu berdemonstrasi menolak penggusuran permukiman adat di Pulau Rempang, Batam. Konflik lahan di Rempang muncul setelah pemerintah berencana membangun seluruh pulau itu menjadi kawasan industri terpadu.

Pulau Rempang di Batam kini tengah jadi sorotan lantaran menjadi lokasi konflik antara masyarakat melayu dan aparat penegak hukum.

Konflik terjadi karena masyarakat tidak ingin lahannya dijadikan lokasi pembangunan proyek Rempang Eco-City.

Rempang Eco-City sendiri adalah satu dari sekian banyak Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diusung oleh pemerintahan pusat.

Rempang Eco-City bakal menjadi lokasi pembangunan untuk kebutuhan industri, pariwisata, dan lainnya. Selain itu, Rempang juga bakal menjadi lokasi pembangunan pabrik kaca dan panel surya Xinyi Group, perusahaan dari China.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengakui, pabrik itu nantinya jadi yang terbesar setelah di China.

“Ini adalah pabrik kedua terbesar di dunia setelah China. Di luar China, ini pabrik terbesar dan produknya itu pabrik kaca berbagai jenis dan serapannya,” ujar Bahlil saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (13/9/2023).

Mengutip situs resmi BKPM, Xinyi Group merupakan perusahaan dari Xinyi Glass dan Xinyi Solar. Perusahaan tersebut termasuk sebagai perusahaan multinasional.

Xinyi Group saat ini berbasis di Hong Kong dan memiliki operasi di seluruh dunia. Selain itu, Xinyi Group juga menjadi salah satu produsen kaca terbesar di dunia.

Produk kaca yang mereka hasilkan biasanya digunakan untuk sektor otomotif, konstruksi, dan energi.

Di sisi lain, Xinyi Group juga menjadi pemimpin dalam pembuatan solar panel atau panel surya. Mereka diklaim telah memanfaatkan teknologi canggih dan berkelanjutan untuk mendukung transisi global ke energi terbarukan.

Sementara itu, CEO Xinyi Group, Gerry Tung, menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia atas kemudahan dalam penanaman modal di Tanah Air.

Meningkatnya iklim investasi dan potensi ekonomi Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendorong Xinyi Group memutuskan untuk menambah investasinya di Indonesia.

“Kita selama beberapa tahun ini sudah memperhatikan bahwa investasi di Indonesia sangat bagus. Telah banyak perubahan. Kita sudah investasi di Gresik, sekarang karena kita melihat perkembangan sangat bagus jadi kita tertarik untuk berkembang ke industri yang baru, termasuk yang di Batam ini,” ucap Gerry.

Sebelum di Rempang, Batam, Xinyi Group telah lebih dahulu berinvestasi di Kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik pada 2022 silam.

Investasi senilai 700 juta dolar AS dilakukan Xinyi Group untuk basis manufaktur kaca komprehensif berskala besar.

Untuk investasi keduanya di Indonesia, Xinyi Group telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Kementerian Investasi. Penandatanganan MoU itu disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi di Chengdu pada akhir Juli lalu.

Adapun nilai investasi kedua Xinyi Group di Indonesia lebih besar dari yang pertama, yakni 11,6 miliar dolar AS. Investasi tersebut bakal digunakan untuk mengembangkan ekosistem rantai pasok industri kaca dan industri kaca panel surya di Rempang. (*)

 



Baca Juga