EKSPOS – Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia mendukung pemberian keanggotaan penuh kepada Palestina di PBB. Pada pertemuan Dewan Keamanan, Nebenzia mengatakan bahwa “mayoritas komunitas global” juga mendukungnya.
Namun Dubes Nebenzia marah besar ketika Amerika Serikat (AS) menggunakan hak veto untuk menggagalkan keanggotaan penuh Palestina di PBB.
“Dengan menggunakan hak vetonya, AS telah menunjukkan apa yang sebenarnya mereka pikirkan tentang Palestina,” kata Dubes Nebenzia saat pertemuan DK PBB, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat 19 April 2024.
“Washington berpikir mereka (Palestina) tidak pantas memiliki negara mereka sendiri, dan AS hanya mewujudkan kepentingan Israel,” imbuh Dubes Nebenzia.
Nebenzia mengatakan, AS menutup mata terhadap kejahatan Israel terhadap warga sipil di Gaza, serta kelanjutan aktivitas pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki.
“Tujuannya adalah untuk mematahkan keinginan rakyat Palestina, memaksa mereka untuk tunduk pada kekuasaan pendudukan, mengubah mereka menjadi pelayan dan orang-orang kelas dua, dan mungkin, untuk selamanya memaksa mereka keluar dari kampung halaman mereka,” ujar Nebenzia.
Namun, katanya, “kebijakan itu hanya mempunyai dampak sebaliknya”.
Sementara Mesir mengungkapkan ‘penyesalan mendalam’ atas hasil pemungutan suara di DK PBB. Ini adalah bentuk ketidakmampuan Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang mengakui negara Palestina melalui keanggotaan penuh PBB.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, menyetujui tawaran Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB adalah langkah penting dan “merupakan hak yang melekat pada rakyat Palestina”.
Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa mencegah Palestina mendapatkan keanggotaan penuh di PBB adalah sebuah langkah yang “tidak sejalan dengan tanggung jawab hukum dan sejarah komunitas internasional, yang perlu membantu semua pihak dalam mencapai solusi final dan adil terhadap masalah Palestina”. (*)