Sabtu, 14 Des 2024
Internasional

Israel Waspada, FBI Belum Membuka Motif Penembakan Donald Trump

EKSPOS – Upaya pembunuhan terhadap mantan presiden AS Donald Trump ditengarai membuat Israel ketar-ketir. Bahkan rapat kabinet mingguan negara Zionis itu kemarin dipenuhi kekhawatiran bahwa nasib serupa akan terjadi pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dilaporkan the Times of Israel, Sekretaris Kabinet Yossi Fuchs memutar kompilasi klip video yang menunjukkan para pengkritik pemerintah terlibat dalam “hasutan terhadap perdana menteri” selama rapat kabinet mingguan di Yerusalem pada Ahad. Ini menyusul percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump pada hari sebelumnya.

Mantan presiden AS itu mengatakan dia terluka ringan dalam penembakan itu ketika sebuah peluru menembus bagian atas telinga kanannya. Seorang peserta rapat umum tewas dan dua lainnya luka parah.

Pemutaran film di kabinet Israel diikuti dengan debat selama dua jam mengenai masalah ini, di mana para menteri menuding sistem peradilan, penegak hukum, dan jaksa agung atas apa yang mereka katakan sebagai ujaran kekerasan yang tidak terkendali oleh anggota masyarakat terhadap Netanyahu dan keluarganya. Diskusi bertajuk “Penghasutan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu” tidak ada dalam agenda awal kabinet tetapi ditambahkan setelah upaya pembunuhan terhadap Trump dalam rapat umum di Pennsylvania pada hari Sabtu.

Netanyahu sendiri memprotes dalam pernyataan publiknya pada pertemuan tersebut bahwa “pejabat senior” dalam penegakan hukum dan sistem peradilan “tidak mengatakan sepatah kata pun. Mereka tidak mengutuk (hasutan). Yang Anda dapatkan di sini adalah legitimasi atas serangan terhadap demokrasi, dan yang Anda dapatkan di sini adalah normalisasi pembunuhan politik.” 

Hingga Minggu sore, FBI belum mengkonfirmasi secara terbuka motif penembak, yang diidentifikasi sebagai Thomas Matthew Crooks, 20, dari Bethel Park, Pennsylvania. Crooks adalah seorang Republikan terdaftar yang juga menyumbangkan 15 dolar AS kepada komite aksi politik Demokrat pada tahun 2021.

Para menteri di Israel dengan cepat membandingkan hasutan terhadap Netanyahu dengan ancaman terhadap Trump, dan mengklaim bahwa perdana menteri Israel juga dapat menghadapi upaya pembunuhan jika wacana tersebut tidak dikendalikan.

Dalam video pendek yang ditayangkan oleh Fuchs pada awal rapat kabinet, berbagai orang, termasuk pengunjuk rasa anti-pemerintah, terdengar mencemooh Netanyahu sebagai “pengkhianat”, “Setan”, dan “musuh rakyat.”

Trump selama menjabat sebagai presiden AS dikenal sebagai pendukung Israel yang gigih. Pada 2018, ia mengeluarkan kebijakan kontroversial memindahkan kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal itu bertentangan dengan kebijakan AS sebelumnya dan kesepakatan Internasional yang belum mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. 

Protes besar-besaran dilakukan warga Palestina selama berhari-hari dan disikapi dengan brutal oleh Israel kala itu. Sedikitnya 85 warga Palestina syahid dan seribu lebih terluka dalam aksi-aksi unjuk rasa tersebut.

Trump juga menginisiasi Perjanjian Abraham yang berisi normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab pada 2020. Hal ini lagi-lagi memicu protes di seantero Timur Tengah. 

Kekhawatiran Netanyahu juga agaknya terkait dengan sejarah Israel yang diwarnai pembunuhan politik. Pada 1995, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin ditembak mati ekstremis sayap kanan Yahudi terkait upayanya mendamaikan Israel dan Palestina melalui Perjanjian Oslo. 

Ironisnya, kala itu justru Netanyahu salah satu yang dituding memanas-manasi keadaan sehingga berujung pada pembunuhan Rabin. Itamar ben Gvir, menteri sayap kanan Netanyahu kala itu juga terekam mendorong eksekusi Yitzhak Rabin beberapa hari sebelum pembunuhan. (*)

 

 



Baca Juga