EKSPOS – Ketegangan antara Israel dan Iran yang meningkat saat ini disebut sangat berisiko menjadi pemicu baru perang dunia.
Hal itu diungkapkan mantan Presiden AS Donald Trump yang menganggap resiko tersebut disebabkan oleh ketidakbecusan pemimpin AS saat ini.
“Apa yang terjadi dengan Israel bisa berakhir dalam perang dunia,” kata Trump, saat konferensi pers bersama Ketua DPR AS Mike Johnson, Jumat (12/4/2024).
Menurut dia, ada banyak hal yang bisa terjadi hingga Pilpres AS pada 5 November mendatang. Tidak menutup kemungkinan masyarakat akan dihadapkan pada peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan, terutama di bawah kepemimpinan Amerika Serikat sekarang yang menurutnya “tidak kompeten”.
Calon presiden dari Partai Republik itu pun mengisyaratkan bahwa dia telah berbicara dengan pemimpin dunia terkait krisis ini. Akan tetapi, dia menolak untuk mengungkapkan perinciannya.
Presiden ke-45 AS itu mengatakan, masa-masa sekarang adalah periode yang sangat berbahaya bagi Amerika Serikat.
Iran diperkirakan akan mengambil tindakan militer terhadap Israel dalam beberapa jam atau hari mendatang. Hal itu sebagai sebagai tanggapan Teheran atas serangan militer zionis terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan pejabat senior militer Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Sementara Israel saat ini dilanda kepanikan luar biasa setelah Iran mengancam akan membalas serangan terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah.
Intelijen Israel maupun Amerika Serikat (AS) memastikan serangan pembalasan Iran pasti terjadi meski tak bisa menyebutkan waktu pastinya. Karena Iran dikenal sebagai negara pemburu dan terlatih menunggu waktu momentum dalam setiap peperangan.
Negara-negara lain, di antaranya India, Prancis, dan Rusia, juga telah mengeluarkan peringatan terhadap warganya untuk tidak bepergian ke Israel.
Militer Israel belum mengeluarkan instruksi kepada warga sipil, namun pasukannya dalam siaga tinggi menghadapi berbagai skenario. Namun banyak orang tua yang meminta anak-anak mereka membawa pulang buku pelajaran pada liburan sebagai persiapan sekolah-sekolah meliburkan siswanya.
“Pembalasan akan datang. Untuk saat ini, premisnya adalah itu akan terjadi segera, dalam beberapa hari ke depan,” demikian laporan surat kabar terbesar Israel, Yedioth Ahronoth (Ynet).
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menegaskan militernya telah siap mempertahankan diri dari ancaman serangan baik di udara maupun darat.
“Kami siap mempertahankan diri di darat dan di udara, bekerja sama erat dengan mitra kami, dan kami sudah tahu bagaimana meresponsnya,” kata Gallant.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan Israel harus dihukum atas serangan terhadap misi diplomatiknya di Damaskus. Menurut Khamenei, serangan terhadap kantor misi diplomatik di luar negeri, sama saja dengan menyerang wilayah Iran.
Serangan pada 1 April itu menewaskan tujuh perwira Garda Revolusi Iran termasuk komandan senior pasukan elite Quds, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi.
Pengamat di Institut Studi Keamanan Nasional Israel Raz Zimnt mengatakan, sangat tak mungkin bagi Iran untuk tidak membalas serangan tersebut.
“Saya masih percaya bahwa Iran tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer langsung dan skala penuh terhadap Israel, dan tentu saja tidak dengan Amerika Serikat. Namun Iran harus melakukan sesuatu,” ujarnya.
Sumber-sumber pejabat Iran dan diplomat AS mengatakan, Negeri Para Mullah sudah memberi sinyal kepada AS bahwa mereka ingin menghindari eskalasi dan tidak akan bertindak tergesa-gesa. Namun risikonya tetap ada, respons apa pun bisa menjadi tidak terkendali.
Iran memiliki rudal yang mampu menjangkau wilayah Israel. Dalam beberapa pekan terakhir, Israel juga memperkuat pertahanan udaranya.
Selain itu militer Israel telah menarik pasukan cadangan sebagai persiapan menghadapi eskalasi di sepanjang perbatasan utara, tempat pertempuran dengan pejuang Hizbullah. (*)